JAKARTA, PESISIRONE.COM - Setelah gagal "membujuk" Presiden SBY
untuk menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) dalam pertemuan di Nusa
Dua Bali tempo hari, Jokowi harus siap untuk tidak populer di masa awal
periode pemerintahannya dengan menaikkan harga BBM.
Dampak yang
tak bisa dielakkan dari kebijakan menaikkan harga BBM adalah lonjakan
inflasi, yang biasanya bakal berujung pada peningkatan jumlah penduduk
miskin. Karena itu, penentuan besaran kenaikan harga BBM harus
memperhatikan dampaknya terhadap inflasi, begitupula dengan kompensasi
yang bakal diterima masyarakat yang terkena dampak.
Pemerintahan
Jokowi-JK sebetulnya punya momentum untuk menaikkannya dengan dampak
inflasi yang tidak signifikan pada tahun ini. Dengan catatan, kenaikan
tersebut tidak lebih dari 10%. Hasil perhitungan memperlihatkan, jika
BBM naik sebesar Rp 1.000 per liter, dampak inflasi yang terjadi hanya
sebesar 0,38%.
"Jadi, kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000-3.000
per liter hanya akan menyumbang tambahan inflasi sebesar 0,76-1,14%
pada 2014. Dengan demikian, inflasi tahunan masih di bawah 6%," tutur
Jokowi, seperti dikutip dalam Kompasiania, Sabtu (06/09).
Sekedar
perbandingan, tahun lalu, pemerintah mengucurkan kompensasi berupa
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebesar 9,3 triliun kepada
15,5 juta rumah tangga yang terkena dampak kenaikan BBM. Setiap rumah
tangga menerima dana kompensasi sebesar Rp 150 ribu per bulan, yang
diberikan selama empat bulan.
(RGC/RED)