Sekolah Di Bengkalis Sulap sampah Jadi 'Uang'

Senin, 05 Desember 2016 19:50
BAGIKAN:
BENGKALIS -Banyak orang menyia-nyiakan sampah. Padahal disebgain sampah tersebut bisa diolah (daur ulang) dan bernilai ekonomi.

Seperti yang dilakukan siswa SMPN 9 Bengkalis, Desa Temeran, Kecamatan Bengkalis yang mengolah sampah menjadi 'uang'.

Hasil kerajinan (daur ulang) sampah itu dipamerkan dalam pameran pembukaan TMQ tingkat Desa Temeran, Minggu (4/12/2016) kemarin.

Selain menghasilkan uang, misi utama dari bazar ini ingin mengembangkan sikap masyarakat di Desa Tameran agar peduli dengan sampah. Baik itu sampah yang dihasilkan rumah tangga, industri, maupun sampah pabrik, seperti botol tempat minuman mineral, makanan, maupun lainnya untuk dijadikan bahan yang dapat dipakai kembali atau didaur ulangkan. Sehingga dapat menjadi nilai tambah pendapatan Keluarga.

Hal ini disampaikan kepala SMPN 9, Maryana kepada wartawan, Senin (5/12/2016).

Lebih jauh, Maryana yang sarjana sastra ini mengatakan, sampah yang ada di lingkungan masyarakat dapat diolah oleh masyarakat itu sendiri, jadi masyarakat tidak menganggap sampah itu tidak berharga tapi memiliki nilai. "Inilah inti utama kegiatan kami pada bazar dan pameran hari Minggu (4/12) lalu," kata Maryana di ruang kerjanya.

Maryana yang menjabat sebagai kepala sekolah SMPN 9 sejak 2009 punya program untuk melanjutkan program adiwiyata sekolah.

"SMPN 9 Bengkalis adalah salah satu sekolah pemenang adiwiyata sekolah tingkat Kabupaten Bengkalis tahun 2016 yang diterima saat upacara Hari Pahlawan 10 November 2016 kemarin," kata Maryana.

Dengan keberhasilan ini, SMPN 9 berhak mewakili Kabupaten Bengkalis ke tingkat Provinsi Riau.

"Insya Allah penilaiannya akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2017 oleh tim penilai dari Provinsi Riau," tambah Maryana didampingi ketua tim Adiwiyata sekolah Soleha, S. Pd.

Bazar dan pemeran yang digelar SMPN 9 kemarin mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Bazar tersebut bersama dengan saat pembukaan MTQ tingkat Desa Tameran.

"Mereka (masyarakat) membeli produksi kerajinan tangan anak-anak kami (siswa)," ujarnya. (rbc/Doang)
BAGIKAN:
KOMENTAR